BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Serai
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota
suku rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk
mengharumkan makanan .Minyak serai adalah minyak atsiri yang
diperoleh dengan jalan menyuling bagian atas tumbuhan tersebut. Minyak serai
dapat digunakan sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa
tanaman ataupun berupa minyaknya. (http://Wikipedia.org)
Regnum : Plantae
(Tumbuhan)
Divisi :
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas :
Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub-Classis
:Commelinidae
Ordo:
Poales
Species: Cymbopogon
citratus (DC.) Stapf
Secara
umum, serai atau sereh dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sereh dapur (lemongrass)
dan sereh wangi (sitronella). Sereh dapur terbagi menjadi 2 varitas,
yaitu sereh flexuosus(Cymbopogon Flexuosus) dan sereh citratus (Cymbopogon
Citratus).
Morfologi
Tumbuhan Serai:
a.Akar
Tanaman sereh
memiliki akar yang besar. Akarnya merupakan jenis akar serabut yang berimpang
pendek.
b. Batang
Batang tanaman
sereh bergerombol dan berumbi, serta lunak dan berongga. Isi batangnya
merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan berwarna putih kekuningan. Selain itu,
batang tanaman sereh juga bersifat kaku dan mudah patah. Batang tanaman ini
tumbuh tegak lurus di atas tanah.
c. Daun
Daun tanaman
sereh berwarna hijau dan tidak bertangkai. Daunnya kesat, panjang, dan runcing.
Selain itu, daun tanaman ini memiliki bentuk seperti pita yang makin ke ujung
makin runcing dan berbau citrus ketika daunnya diremas. Daunnya juga memiliki
tepi yang kasar dan tajam. Tulang daun tanaman sereh tersusun sejajar. Letak
daun pada batang tersebar. Panjang daunnya sekitar 50-100 cm, sedangkan
lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daun tipis, serta pada permukaan dan bagian
bawah daunnya berbulu halus.
d. Bunga
Tanaman sereh
jenis ini jarang sekali memiliki bunga. Kalaupun ada, pada umumnya bunganya
tidak memiliki mahkota dan mengandung bulir
Anatomi Tumbuhan Serai:
a.Akar
Susunan umum dari akar Cymbopogon citratus dari
bagian luar ke dalam adalah epidermis, korteks, selapis sel endodermis, dan
stele akar, yang terdiri atas xilem dan floem.
b. Batang
Susunan umum
dari batang Cymbopogon citratus dari bagian luar ke dalam
adalah epidermis batang, jaringan korteks, berkas pengangkut, dan empulur
batang. Pada daerah parenkim korteks terdapat sel dan kelenjar minyak yang bisa
digunakan untuk produksi minyak, yaitu minyak atsiri.
c. Daun
Susunan umum
dari daun Cymbopogon citratus dari atas ke bawah adalah
epidermis atas, mesofil, berkas pengangkut, dan epidermis bawah. Pada sayatan
melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari satu lapis sel
yang berbentuk agak bulat dengan ukuran yang tidak selalu sama dan mempunyai
rambut penutup.
Perkembangbiakan Cymbopogon
citratus dilakukan dengan sistem bonggol akar pada batang semu
(stool). Batang semu yang telah dewasa (minimal terdiri 10 pelepah daun)
digunakan sebagai bibit. (Mansur, 1992).
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri
dengan komponrn sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil
asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, augenol, elemol, kadonon,
kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Minyak serai mengandung 3 komponen utama
yaitu sitronelal, sitronelol, geraniol. Minyak serai memiliki aroma khas
lemon, karena roma tersebut adalah sebuah senyawa bergugus fungsi aldehid,
yakni sitral sebagai senyawa utama minyak.
2.2 Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan
teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
ataupun tahan panas. ( http://Wikipedia.org)
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong
atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang
dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok berulang-ulang (kira-kira 3
kali sehari). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan
terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap
cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voight, 1995).
Meserasi dapat dilakukan modifikasi
misalnya:
1. Digesti
adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 -
500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi
dengan Mesin Pengaduk yaitu penggunaan mesin pengaduk yang berputar
terus-menerus, waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24
jam.
3. Remaserasi
yaitu dengan cara cairan penyari dibagi menjadi 2. Seluruh serbuk simplisia di
maserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas,
ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi
Melingkar, maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali
secara berkesinambungan melalui sebuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
5. Maserasi
Melingkar Bertingkat,yaitu bila pada maserasi melingkar, penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila
keseimbangan telah terjadi masalah ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar
bertingkat (M.M.B).
Kelebihan
cara maserasi yaitu: Alat dan cara yang digunakan sederhana,dapat digunakan
untuk zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan.
Kelemahan
cara maserasi yaitu: Banyak pelarut yang terpakai, waktu yang dibutuhkan cukup
lama.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
4.1.1 Maserasi
Keterangan
|
Jumlah
|
Berat Basah
|
10 gram
|
Berat Kering
|
9,46 gram
|
Volume Sebelum
|
60 ml
|
Volume Sesudah
|
46 ml
|
Kadar Air
|
5,4 %
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Maserasi
Dalam praktikum ini menggunakan metode maserasi dengan prinsip merendam
potongan sereh dalam cairan penyari ( alcohol) selama beberapa hari pada wadah tertutup dalam suhu
ruang yang terhindar dari sinar matahari, untuk menghindari terjadinya reaksi yang di katalisis oleh cahaya juga
untuk menghindari terjadinya perubahan warna. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,
zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat
aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan
diterdorong keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Dalam
metode ini juga di lakukan pengovenan agar minyak atsiri mudah keluar, warna
yang dihasilkan dalam praktikum ini adalah kuning pekat, dan menghasilkan aroma
sereh.
BAB
V
KESIMPULAN
1. Maserasi
adalah proses perendaman sampel dengan menggunakan cairan penyari pada wadah
tertutup dalam waktu tertentu pada suhu ruang yang terhindar dari sinar
matahari.
2. Maserasi
di lakukan pada tempat yang terhindar dari cahaya matahari untuk menghindari
terjadinya reaksi yang di katalisis oleh cahaya juga menghindari terjadinya
perubahan warna.
3. Dalam
proses maserasi di lakukan pengovenan agar minyak atsiri mudah keluar.
4. Dalam
praktikum maserasi warna yang di hasilkan adalah kuning pekat dan beraroma
sereh.
DAFTAR
PUSTAKA
Sitorus, Marham.
Kimia Organik Umum. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2010
Maserasi.
http://Wikipedia.org di akses pada 14
Juli 2013
Wijaya H. M. Hembing (1992),
”Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”, Cet 1 ,Jakarta.
Asriani
Ilyas dan Wahyuni, Penuntun Praktikum
kimia Organik (Makassar: UIN Alauddin, 2012).
Makasih sudah posting makalah tentang serai...postingannya sangat bermanfaat
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus